LUBUKLINGGAU-Pj. Sekda Kota Lubuklinggau, H Imam Senen membuka kegiatan monitoring dan evaluasi audit kasus stunting tahun 2022 dengan tema "Linggau bisa cegah stunting" di Elisa Meeting Room Hotel Dewinda Kota Lubuklinggau, Kamis (27/10/2022).
Dalam arahannya, Imam Senen menyampaikan audit ini adalah bentuk keseriusan pemerintah dalam penurunan angka stunting di wilayah Lubuklinggau. Namun demikian, masih banyak upaya yang harus dilakukan diantaranya identifikasi kasus, apa penyebabnya dan apa titik masalahnya.
Dia mengatakan, kasus gizi buruk banyak terdapat dimasyarakat yang berpenghasilan rendah. Kasus stunting di setiap kecamatan pasti ada. Bisa saja terjadi pada orang mampu karena anaknya dititipkan kepada orang lain sedangkan orang tuanya sibuk dalam bekerja, dan itu termasuk dalam pola asuh anak.
Disampaikannya pula, dalam pencegahan kasus stunting harus ada sosialisasi kepada seluruh masyarakat agar bisa melakukan pencegahan stunting mulai dari tingkat RT sampai tingkat kecamatan sesuai Instruksi Presiden (Inpres) RI.
Setelah itu, dari sektor gizi, Dinas Ketahanan Pangan atau Dinas Pertanian harus ada program guna menangani sektor gizi tersebut. Penuruan stunting dilakukan secara berkesinambungan agar ktidak terulang lagi di suatu wilayah.
"Tidak akan berhasil suatu OPD menyelesaikan kasus sunting apabila tidak ada kerjasama antar OPD dan pada tahun 2024 target diangka 13,5 persen stunting harus tercapai," ujarnya.
Dalam laporannya, Kepala DPPKB Kota Lubuklinggau, Henny Fitrianty menyampaikan rangkaian audit kasus stunting tahun 2022 yang sudah dilakukan yakni identifikasi kasus 1 pada 14 September 2022, identifikasi kasus 2 (21 September 2022), rencana tindak lanjut audit kasus stunting 6 Oktober 2022 dan diseminasi 16 Oktober 2022 sedangkan yang mendapatkan pendampingan adalah calon pengantin, ibu hamil, balita dan ibu pasca salin dengan melibatkan tim monitoring dan evaluasi sebanyak 480 bidan dan kader PKK.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memilah balita yang bergizi buruk dan terkena penyakit lain.
Sementara Sub Kordinator Jalpemswa BKKBN Provinsi Sumsel, Dr Fahrina mengungkapkan audit kasus stunting adalah rencana aksi percepatan penurunan angka stunting dan mencari penyebab naiknya angka stunting agar dapat mencegah, karena lebih baik mencegah dari pada telah terjadi kasus stunting.
Tahapan yang dilakukan meliputi pembentukan tim pada Mei, identifikasi kasus, diseminasi dan evaluasi.
Ditemukan pada lima sasaran kasus stunting yakni ibu hamil, ibu nifas, balita dan calon pengantin sedangkan yang menyebabkan kasus stunting adalah gizi rendah, buang air sembarangan, paparan asap rokok dan TBC.
Hadir dalam acara tersebut, Asisten l Bidang Pemerintahan dan Kesra, Kahlan Bahar, Kadinkes Lubuklinggau, Erwin Armeidi, seluruh camat, tim pakar, seluruh Puskesmas, Direktur RS Siti Aisyah, Direktur RS Petanang dan Koordinator PKB.(*Acm).